Salah Jika Terus Jadikan Ronaldo Kambing Hitam di Juventus

Salah satu pemain bintang yang belakangan terus jadi sorotan adalah Cristiano Ronaldo. Peraih lima Ballon d’Or tersebut dianggap sebagai biang kerok kemunduran Juventus musim ini, termasuk kegagalan di Liga Champions Eropa.

Adapun, pemain berusia 36 tahun tersebut dibeli dari Real Madrid mahal-mahal pada tahun 2018 lalu dengan harapan bisa membawa Juventus juara Liga Champions Eropa, trofi yang sudah diidamkan klub selama lebih dari dua dekade terakhir.

Tentu saja, kehadiran Cristiano Ronaldo di skuat Bianconneri membuat publik berkeyakinan bahwa permainan Juventus akan berpusat pada pemain Portugal tersebut.

Singkatnya, skema permainan Bianconneri yang dikenal taktis malah jadi monoton karena pemain jadi bergantung kepada dia, dan lawan hanya perlu memberinya pengawalan ketat pada Ronaldo supauya Juventus tidak bisa berbuat banyak.

Ronaldo pun disalah tatkala Juventus gagal melangkah ke perempat final Liga Champions Eropa usai dikalahkan FC Porto. Dia memang sempat membungkam kritik lewat torehan Hattrick ke gawang Cagliari, namun setelahnya Juventus kalah 0-1 dari Benevento.

Kekalahan kandang melawan tim ‘gurem’ membuat Ronaldo kembali jadi sasaran kritik. Terlebih lagi karena kekalahan itu, harapan Juventus menjuarai Serie A musim ini jadi semakin menipis.

Tak ayal, gaung suara para fans untuk melepas Cristiano Ronaldo pada musim panas nanti mulai terdengar, namun salah seorang legenda klub Alessandro Del Piero punya tanggapan yang berbeda.

“Anda tidak bisa melihat Ronaldo sebagai sebuah masalah. Anda merangkul dia tiga tahun yang lalu, jadi anda harus berjalan dengannya,”

“Dia adalah salah satu pemain terbaik dunia, bersama Messi. Dan sekarang ada beberapa pemain yang tampil cukup baik. Mbappe dan Haaland contohnya, atau Neymar,” ujar Del Piero kepada ESPN.

Bahkan, Del Piero menyarankan agar manejemen Juventus bisa membangun sebuah tim yang memang khusus untuk memaksimalkan potensi Ronaldo.

“Namun anda harus membangun tim di sekitar dia, dan itulah salah satu kuncinya. Juve telah menjadi juara selama sembilan tahun beruntun. Ini soal mempertahankan konsentrasi serta energi pada level puncak, yang di mana itu sangat berat.” Tandasnya.

Penulis: | 23 Maret 2021 | Berita