MotoGP Bisa Populer Seperti Sekarang Karena Valentino Rossi

Manajer Tim LCR Honda, Lucio Cecchinello selaku mantan rival berat Valentino Rossi dulu tak ragu untuk mengakui bahwa The Doctor adalah sosok yang menjadikan MotoGP sebagai salah satu olahraga paling populer di dunia saat ini.

Adapun, Cecchinello sendiri bersaing dengan Rossi pada GP125, meski dikenal memiliki rivalitas yang kuat, tapi hubungan keduanya sangat akrab.

Cecchinello kemudian membentuk LCR Team pada tahun 1996, dimana dia baru berusia 27 tahun saat itu. Tim tersebut awalnya dibentuk untuk menaungi dirinya sendiri, tapi tak disangka Tim ini terus berkembang sampai naik peringkat ke GP250.

Sempat menaungi banyak rider papan atas seperti Casey Stoner, bahkan usai Cecchinello pensiun pada akhir 2003. Pada 2006, LCR pun merambah MotoGP. Kepada GPOne, Cecchinello kemudian mengungkapkan bahwa kesuksesan tim LCR tidak semudah yang terlihat.

“MotoGP telah mengalami masa perkembangan yang penting pada era 1980an, 1990an, sampai awal 2000an. Masa-masa itu bikin kejuaraan ini makin diperhatikan media massa, jadi lebih populer, dan lebih ‘global’,” ungkapnya.

Pria asal Italia tersebut pun tak malu-malu mengatakan bahwa Valentino Rossi adalah salah satu kunci sukses MotoGP bisa merambah lebih banyak fans dari berbagai kalangan.

“Vale membawa penonton awam, fans yang tadinya tak dimiliki MotoGP. Pada masa Schwantz, Rainey, dan Doohan, MotoGP memang punya fans berat.”

“Namun, Vale memperlebar lingkup penonton sampai ke anak-anak perempuan, ibu-ibu rumah tangga, dan nenek-nenek. Semua kalangan nonton MotoGP, dan saat Vale menang, semua orang bersorak-sorai,” tutur Cecchinello.

Yang jadi pertanyaan adalah, bagaimana jika Rossi benar-benar meninggalkan olahraga ini alias gantung helm? Cecchinello sendiri mengakui bahwa MotoGP Tidak akan sama tanpa Rossi, namun akan tetap ada beberapa tipe penggemar sejati yang tetap tinggal.

“Pensiunnya Vale memang memungkinkan, dan MotoGP mungkin akan kehilangan beberapa tipe penggemar. Tapi saya rasa fans sejati takkan pergi,” ujar Cecchinello.

Bagaimanapun dunia terus berputar, hal yang sama juga sempat terjadi di ajang Formula 1.

“Dulu, semua orang jatuh cinta pada Ayrton Senna. Usai ia meninggal, banyak yang bilang F1 akan kehilangan daya tarik. Tapi media mampu menciptakan karakter baru, dan itu selalu terjadi. Usai Senna, ada Michael Schumacher, kini ada Lewis Hamilton,” tutupnya.

Penulis: | 29 Desember 2020 | Berita