Gaya Balap Marc Marquez Itu Susah Ditiru, Dijelaskan Juga Sulit
Rahasia dibalik keberhasilan Marc Marquez menjadi juara dunia delapan kali tentu saja adalah gaya balapnya yang agresif dan didukung tunggangan dari Honda yang mumpuni. Namun, Takaaki Nakagami menilai bahwa gaya balap Marc Marquez itu sulit ditiru dan dijelaskan.
Di musim 2020 kemarin, Rider Tim Repsol Honda tersebut hanya tampil pada seri pertama, setelahnya dia absen hingga kompetisi berakhir karena cedera patah tulang humerus.
Tak heran jika sepanjang musim 2020, para Insinyur Honda Racing Club lebih sering menghabiskan waktu di Garasi Takaaki Nakagami, mengingat secara otomatis dia menjadi rider utama HRC.
Memang ada Cal Crutchlow, tapi yang bersangkutan kerap kali mendapati cedera, sedangkan Alex Marquez sendiri masih berstatus sebagai rider debutan di ajang MotoGP.
Sebenarnya, performa Takaaki Nakagami musim kemarin tidak begitu mengecewakan, meski memang pada akhirnya dia gagal meraih satupun podium.
Terlepas dari kekecewaannya akan fakta tersebut, pebalap berusia 28 tahun ini mengaku senang karena berkesempatan mempelajari gaya balap dan data Marc Marquez.
Meski berhasil mempelajari beberapa poin penting mengenai hal tersebut, tapi Takaaki Nakagami merasa Marc Marquez lebih banyak menggunakan instingnya saat balapan.
“Hal utama yang saya pelajari dari Marc adalah cara mengerem. Dari sana, saya menemukan cara yang lebih baik dalam mengendalikan motor di titik pengereman yang agresif, dan mengangkat motor saat harus mengubah arah. Jelas bahwa yang terbaik di area ini tetap Marc,”
“Marc melakukan segalanya dengan kecepatan dan ketepatan yang tinggi. Saya pun bisa mencuri beberapa rahasia dari datanya, dan itu tak hanya soal pengendalian akselerasi. Namun, saya yakin ada banyak ‘insting’ terlibat dalam gaya balap Marc,” ujar Nakagami.
Karena alasan tersebutlah, menurut Rider asal Jepang, gaya balap Marc Marquez itu sulit dijelaskan dan ditiru.
“Saya rasa yang membedakan ini semua adalah cara Marc menggunakan tubuhnya saat berkendara. Hal ini membuat gaya balapnya sulit dieksekusi, atau dijelaskan, karena ia mengombinasikan pengendalian gas dengan pergerakan tubuhnya di atas motor,” tutur Nakagami.