Fabio Quartararo Harus Bisa Teladani Valentino Rossi

Sebagai Rider Muda, Fabio Quartararo dinilai harus banyak belajar dari para seniornya, terutama Valentino Rossi. Hal ini diungkapkan oleh Alex Briggs selaku mekanik dari Tim Monster Energy Yamaha, yang tahu persis bagaimana sosok The Doctor.

Alex Briggs sendiri adalah salah satu sosok yang sudah 21 tahun bekerja sama dengan Valentino Rossi. Artinya, dia tahu persis bagaimana sosok pebalap berusia 42 tahun itu. Menariknya, meski sudah dua dekade berlalu, Briggs masih mengagumi Valentino Rossi.

Dalam kaca matanya, Rossi adalah sosok yang menyenangkan, baik saat mengenakan seragam balap, maupun di kehidupan sehari-hari. Pria asal Australia tersebut menilai Rossi selalu tampak bahagia, sering bergurau dan apa adanya.

“Vale bisa melaju lebih cepat ketika ia bahagia. Ia suka bergurau di grid. Bergurau soal apa pun, bisa soal wanita, posisi grid, atau tikungan pertama. Apa yang Anda lihat di wawancara dan balapan sangatlah mirip dengan kehidupannya secara umum. Ia sangat lucu,” ungkapnya.

Sebagai informasi, Alex Briggs sendiri sering kali bekerja dengan beberapa rider top. Namun, Rossi dianggapnya sebagai rider terbaik yang pernah bekerja sama dengan dia. Bahkan, selama 21 tahun terakhir, Rossi tidak pernah terlihat panik menghadapi semua persoalan.

“Vale selalu bisa mengendalikan semuanya. Saya tak pernah melihatnya panik,” tuturnya.

Karena alasan tersebutlah, Briggs menyarankan para rider muda termasuk Fabio Quartararo harusnya bisa meneladani sosok Valentino Rossi terutama dalam ketenangannya.

“Rider yang masih dalam fase belajar seperti Fabio harus tetap fokus untuk membuktikan bisa menang. Mentalitas balap terbaik adalah mampu mengantisipasi apa yang akan terjadi,” ujarnya.

Sebagai penutup, Alex Briggs mengungkapkan fakta bahwa selama 21 tahun bekerja dengan Rossi, dia tak pernah melihat rider asal Italia itu terpancing emosi, bahkan setelah kehilangan gelar juara dunia sekalipun.

“Saya tak pernah sekalipun lihat Vale menendang dinding garasi atau melempar helm. Bahkan usai kehilangan gelar, ia tak pernah marah. Ia selalu menghormati kerja keras semua orang di sekitarnya. Apa yang ia lakukan adalah berhenti dan meminta penjelasan saja,” pungkasnya.

Penulis: | 27 Maret 2020 | Berita