Fabio Capello Akui Ronaldo Berbakat, Akan Tetapi…

Ronaldo Luiz Nazario De Lima adalah pemain paling berbakat yang pernah ditemui Fabio Capello, namun pelatih asal Italia tersebut punya satu hal yang mengganjal dan terbilang vital.

‘Sang Fenomena’ begitulah julukan yang diberikan untuk Ronaldo Luis Nazario De Lima.

Julukan tersebut diberikan karena Ronaldo dianggap sebagai pemain terbaik dunia pada era 90an sampai awal 2000an. Sepanjang karirnya, pemain Timnas Brazil ini sukses mencetak 352 gol dari 518 penampilan.

Catatan apiknnya juga terbukti dari raihan trofi juara. Bersama Timnas Brazil, Ronaldo meraih 5 trofi termasuk trofi Piala Dunia 1994 dan edisi 2002. Dia juga memenangkan tiga gelar Ballon d’Or atau pemain terbaik dunia.

Dengan segala kelebihan yang dimiliki, Capello mengakui bahwa Ronaldo adalah pemain paling berbakat yang pernah dia temui.

“Bakat terbesar yang pernah saya latih adalah Ronaldo.” Kata Capello.

Sebagai informasi, Fabio Capello memang pernah menangani Real Madrid pada musim 2006-2007, dan saat itu Ronaldo masih berkostum Los Blancos.

Namun sayang, di balik bakatnya yang luar biasa, Ronaldo merupakan pemain yang bermasalah. Gemar berpesta dan menikmati kehidupan malam. Karena kebiasaan buruk tersebut, karirnya pun tercoreng, performanya menurun.

“Tetapi pada saat yang sama dia adalah pemain yang menciptakan banyak masalah bagi saya di ruang ganti,” ujar Capello.

Harus diakui, kebiasaan buruk Ronaldo membuat bobot tubuhnya bertambah, dan akhirnya performa sang pemain jadi melempem.

Di musim terakhirnya bersama Los Blancos, Ronaldo bahkan hanya mencetak empat gol dari 13 pertandingan di semua kompetisi. Akhirnya Real Madrid sepakat melepasnya ke AC Milan lewat banderol 8 Juta Poundsterling saja.

“Dia biasa mengadakan pesta dan melakukan segalanya. Suatu kali Ruud van Nistelrooy berkata kepada saya ‘pelatih, ruang ganti berbau seperti alkohol’,”

“Kemudian Ronaldo pergi ke Milan dan kami mulai menang, tetapi jika kita berbicara tentang bakat, dia adalah yang terhebat tak perlu diragukan lagi,” lanjutnya.

Di AC Milan, karirnya juga tidak cemerlang, hanya bermain semusim saja untuk Rossoneri sebelum dilepas ke Corinthians. Sang legenda baru memutuskan gantung sepatu di tahun 2011.

Penulis: | 21 Mei 2020 | Berita